Vocalist TerGeram

Senin, 04 Juli 2011

Mitch Lucker.' semua orang sudah pada mengetahui siapa orang ini." Vocalist Band Suicide Silence....Yang cukup terkenal didaratan benua Biru." Suara dan geraman yang sangat menakutan." Tapi sangat berbeda karakter ketika dibalik layar, Dia sangat ramah....

A Skylit Drive

Minggu, 27 Februari 2011

Perbedaan Deathcore , Hardcore, dan Screamo

Dalam olah vocals,” Deathcore ,Hardcore, dan Screaming,” banyak mempunyai perbedaaan” karena perbedaan itu pula mengapa banyak band – band memilih vocalist yang sanggup mengeluarkan suara  tertentu untuk personilnya, khususnya untuk seorang Vocalist.”
            Para musisi yang mengambil aliran musik keras,” seperti halnya aliran – aliaran yang saya tuliskan diatas biasanya  memang memerlukan Vocalist yang memiliki suara Death Growl” atau yang menggeram atau teriakan – teriakan kesakitan. Dibawah ini adalah rincian singkat tentang Olah Vocal dalam Music Core.

1.Deathcore Walaupun menjadi sub-genre Metalcore, deathcore sangat dipengaruhi oleh aliran death metal  modern dalam hal kecepatan, depresi dan pendekatan untuk berhubung dgn kromatik, riff-riff yang berat dan hiruk pikuk (disonansi). Geraman dan teriakan sudah menjadi tradisi yang lazim, sering digabungkan dengan vokal Metalcore. Deathcore banyak memiliki waktu jeda dan riff-riff merdu yang biasa ada di aliran Metalcore. Dalam kualitas Vocal  suara geram dan teriakan lah yang paling popular dalam aliran ini.”



2 .Hardcore” tidak beda dengan Deathcore, hanya saja geraman dan teriakan mereka tidak terlalu panjang sehingga masih dapat begitu dimengerti oleh penikmatnya. Bahkan Hardcore masih dibagi menjadi beberapa aliran,” Seperti Hardcore Punk, Post Hardcore, Hardcore techno, Hardcore hip hop dan banyak lagi.









3.Screamo”atau yang biasa disebut “Emo” muncul dari genre hardcore punk sebagai reaksi meningkatnya kekerasan di komunitas hardcore punk dan rasa ketidaksenangan terhadap Ian MacKaye  dari Minor Threat yang mengubah fokus musiknya dari komunitas menjadi kepentingan politik individual. Penggemar Minor Threat bernama Guy Picciotto  mendirikan Rites of Spring pada tahun 1984 karena berkeinginan melepaskan diri dari batasan-batasan hardcore yang mengekang, dan menggantinya dengan gitar yang melodius, ritme yang bervariasi, dan lirik yang sangat penuh luapan emosi pribadi. Sebagian dari lirik lagu-lagu Rites of Spring telah menjadi metafora bagi pemusik emo dari generasi berikutnya, termasuk di antaranya tema-tema seperti nostalgia, kepahitan yang romantis, dan putus asa yang puitis.  Asal usul dari istilah emo tidaklah begitu pasti, tapi begitulah yang saya ketahui. Nah dalam olah vocalnya pun Emo mengabungkan suara Screaming dan suara vocal yang merdu namun seirama.
 Metal di era 2000'an (sekarang) memiliki perbedaan yang cukup besar, dalam artian bahwa metal bisa berfusi dengan berbagai macam aliran. Sebagaimana diketahui para pelopor musik metal, penikmat musik metal disuguhi berbagai macam jenis metal dengan tempo yang harmonis dan dinamis. Beberapa aliran itu adalah Nu Metal, Screamo (meskipun akhirnya disebut cabang emo), Deathcore, Metalcore, dan sebagainya. Screamo (meskipun akhirnya disebut cabang emo), Deathcore, Metalcore, dan sebagainya.

Hardcore dan Perkembangannya di Indonesia

Sabtu, 26 Februari 2011

Hardcore punk biasanya disebut  Hardcore, merupakan salah satu subgenre dari punk rock yang berasal dari West America dan UK diakhir tahun 1970an . Sound baru ini yang merupakan ciri khas musiknya secara umum yaitu: suara gitar yang lebih tebal, berat dan cepat dari musik punk rock awal. Tipikal lagu biasanya sangat pendek, cepat dan keras, selalu membawakan lagu tentang kaum marjinal yang tertindas oleh kekerasan politik, kebebasan berpendapat,  pengasingan diri dari sosial, straight edge, peperangan dan tentang sub-kultur hardcore itu sendiri.
Musik Hardcore mulai eksis di Indonesia pada tahun akhir 1980an. Dengan fenomena yang ada menyebabkan sebagian dari punker mulai melahirkan scene-scene hardcore punk. Sehingga musik hardcore di Indonesia sangat kental dengan warna Punk.
Dikarenakan masih sangat sedikitnya scene hardcore maka scene terbagi menjadi dua kaum, yaitu kaum individu yang lebih suka menikmati musik hardcore dengan sosialisasi yang secukupnya dan kaum yang sangat suka bersosialisasi (membaur dengan komunitas punk). Hal ini terjadi sampai sekitar pertengahan tahun 1990. Tahun 90-an bisa dibilang tahun musik hardcore di Indonesia dan puncaknya pada akhir tahun 11990 ditandai dengan mulainya pertunjukan-pertunjukan di berbagai tempat menampilkan 100% band hardcore (yang sebelumnya selalu mencampur dengan band punk) dan kemudian musik hardcore mulai membaur dengan melodicore. Nah Itu awal dari music yang dikenal dengan sebutan Deathcore.”
Dengan semakin banyaknya band hardcore bersamaan pula munculnya records D.I.Y yang menyalurkan kreatifitas band seperti pinball records dan ffgrecords. Di Indonesia kota Jakarta adalah kota yang memiliki banyak band hardcore, untuk di kota lain umumnya hardcore dibawa dan berkembang dari individu anak Jakarta yang kuliah di luar kota ataupun bekerja. Band Hardcore Jakarta antara lain adalah Anti Septic, Triple X, Straight Answer, Dirty Edge, Popcorn, Sugesti X, Secret Agent. Depok juga memiliki DC crew : Thinking Straight dan juga band-band Depok lainnya yang mayoritas mengusung oldschool hardcore punk serta di daerah Menteng Jakarta Pusat yang dikenal dengan Taman Suropati banyak band-band pengusung hardcore punk seperti Speed Kill, Sing It, The Borstl, Snacky, Majesty, Naughty Sex Party, Headlined dan masih banyak lagi.
Setelah era oldschool, hardcore amerika, hardcore oldscholl eropa ke newschool maka dimulailah hardcore yang didominasi dengan musik lebih kental musik metalnya seperti Jumbo Jet bahkan emo, hingga saat ini tahun 2000an.

Mengenal Deathcore lebih jauh

Death growl / geraman maut (tidak lazim digunakan) adalah suatu tehnik bernyanyi yang digunakan oleh vokalis-vokalis dari subgenre musik heavy metal. Dikenal sebagai tehnik vokal death metal, vokal parau, dengkuran maut, vokal gerutu atau vokal Cookie Monster dan banyak nama-nama yang lain. Banyak subgenre-subgenre dari heavy metal, termasuk band-band thrash metal dan metalcore, juga cenderung menggunakan gaya vokal seperti ini.


Death growl sering kali dikritik dengan kejelekan dan menjadi bahan tertawaan, dianggap sebagai pengganti karakter vokal yang jernih. Dalam bahasa keseharian, death growl adalah lebih ke arah estetisnya death metal, sifat kasar dan kejam yang dibawakan adalah untuk menghiasi lagu yang mereka bawakan dan memang lagunya seringkali bertemakan kekerasan dan hal-hal yang mengganggu.